Pengikut

manjadda wajada

dari yakinku teguh hati ikhlasq penuh akan karuniamu tanah air pusaka indonesia merdeka syukur aku sembahkan kehadiratmu Tuhan...

AQ

AQ
DEWE
RSS

Sabtu, 05 Maret 2011

MAKALAH TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI HAMAMELIDAE

MAKALAH
TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI
HAMAMELIDAE


Dosen pengampu:
Drs. Sulisetjono, M.Si


Oleh :

Moh. Zainul Amin (08620005)















JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2010


BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Klasifikasi adalah pengelompokan organism dalam system menurut kategori tertentu. Setiap kategorio mengandung sejumlah organism dalam sifat-sifat yang sama dan mempunyai tetua yang sama. Satuan dasar untuk klasifikasi adalah jenis (spesies). Setiap kesatuan taksonomi dengan tidak memperhatikan tingkatannya disebut takson. Tingkat-tingkat takson berdasarkan kode Internasional tata nama tumbuhan.
Kebanyakan para ahli sistematik tumbuhan percaya bahwa tumbuhan berkeping biji satu berasal dari tumbuhan berkeping biji dua pada awal evolusi dari tumbuhan biji tertutup. Pada tahun-tahun terakhir ini pembatasan klasik tumbuhan berkeping biji satu telah berubah, beberapa peneliti menempatkan bangsa Nymphaeales diantara tumbuhan berkeping biji satu. Kesamaan kjesamaan dalam sifat-sifat tertentu antara bangsa Piperales dengan tumbuhan berkeping biji satu membuat batas antara tumbuhan berkeping biji dua dengan tumbuhan berkeping biji satu menjadi kurang jelas dari pada yang di duga sebelumnya.
Daftar lengkap dari kelas-kelas, anak kelas-anak kelas, bangsa-bangsa, suku-suku dari Magnoliophyta menurut sistim klasifikasi dari Cronquist 1981. Berikut nanti akan dibahas pilihan suku-suku didasarkan atas besarnya jumlah jenis, kepentingan ekonominya dan adanya sifat-sifat yang istimewa.
Magnoliophyta atau angiospermae merupakan kelompok tumbuhan yanga alat perkembang biakan vegetatifnya berupa bunga. Pada umumnya bunga mempunyai perhiasan yang terdiri atas kelopak (kaliks) dan mahkota (korola). Alat reproduksi jantan dihasilkan dalam stamen yang berjumlah satu atau banyak sedangkan alat reproduksi betina berupa putik (pistulum). Putik ada yang hanya tersusun dari satu karpel atau beberpa karpel yang bersatu. Biji terdapat pada ovarium.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja suku-suku dari Hamamelidae?
2. Bagaimana deskripsi dari suku Hamamelidaceae?
3. Bagaimana deskripsi dari suku Cannabaceae?
4. Bagaimana deskripsi dari suku Moraceae?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan dari mekalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui suku-suku dari Hamamelidae.
2. Untuk mengetahui deskripsi dari suku Hamamelidae
3. Untuk mengetahui Bagaimana deskripsi dari suku Cannabaceae
4. Untuk mengetahui Bagaimana deskripsi dari suku Moraceae

BAB II
PEMBAHASAN

Devisi Magnoliophyta
Magnoliophyta atau angiospermae merupakan kelompok tumbuhan yanga alat perkembang biakan vegetatifnya berupa bunga. Pada umumnya bunga mempunyai perhiasan yang terdiri atas kelopak (kaliks) dan mahkota (korola). Alat reproduksi jantan dihasilkan dalam stamen yang berjumlah satu atau banyak sedangkan alat reproduksi betina berupa putik (pistulum). Putik ada yang hanya tersusun dari satu karpel atau beberpa karpel yang bersatu. Biji terdapat pada ovarium.
Division Magnoliophyta terdiri dari dua kelas yaitu magnoliopsida (dicotiledonae) dan liliopsida (monocotiledonae), 11 anak kelas, 83 bangsa, 383 suku dan sekitar 219.300 jenis yang tersebar di permukaan belahan dunia. Magnoliopsida mempunyai 64 ordo, 318 familia, dan kurang lebih 165.000 spesies sedangkan liliopsida mempunyai 19 ordo, 65 familia, dan kurang lebih 50.000 spesies yang terdapat di permukaan belahan dunia ini (Conqruist, 1981).
2.1 Kelas Magnoliopsida
Kelas Magnoliopsida terdiri atas tumbuhan berkayu dan herba. Adanya cambium membuat anggota dari kelas magnoliopsida mengalami pertumbuhan sekunder pada batang dan akarnya. Pertumbuhan dibatang dan akar tersusun dalam satu ikatan pembuluh yang teratur dalam susunan yang melingkar. Daun dengan vernasi menjala membentuk peninervis. Daun pada umumnya mempunyai tangkai dan helaian daun yang lebar. Bunga pada umujmnya kelipartan 5 atau 4, dan jarang kelipatan 3. Embrio biji mempunyai 2 kotiledion, jarang hanya 1, 3 atau 4 kotiledon. Kelas magnoliopsida terdiri atas 6 subkelas yaitu Magnolidae, Hemamelidae, cariopllidae, Rossidae, dan Asteridae, dengan 64 bangsa, 318 suku dan sekitar 169.400 jenis yang dapat kiata jumpai di belahan dunia ini (Conquist, 1981).

2.2 Anak Kelas Hamamelidae
Merupakan anak kelas yang terkecil dalam magnoliopsida. Muncul sekitar 100 juta tahun yang lalu pada periode kretasius bahwa yang ditandai oleh penyerbukan oleh angin dan bagian-bagian bunga yang tereduksi, sering uniseksual. Kecuali beberapa taksa dari bangsa urticales, kebanyakan bentuk hidupnya berupa tumbuhan berkayu, dan sering suku-sukunya memounyai jenis-jenis yang jumlahnya relative sedikit. Pada kelompok yang telah maju, bunganya tersusun dalam perbungaan spika. Perhiasan bunga tidaka ada atau tidak terdeferensiasi, ovulnya tunggal. Dalam beberapa fase dari evolusinya, hamamelidae mulai menggunakan tannin sebagai senyawa kimia untuk pertahanan dari beberapa herbivore.

2.3.1 Suku Hamamelidaceae (rasamala-rasemalaan)
Suku Hemamelidaceae merupakan bangsa Hamamelidales, anak kelas Hamamelidae. Suku Hamamelidaceae berupa pohon atau perdu, umumnya terdapat diderah subtropics dan daerah temperature hangat terutama di Asia Timur.













Gambar spesies Hemamelis
Contoh spesies yang terdapat di daerah kita antara lain:
1. Altingia excels Norana (rasamela), kayu untuk bahan bangunan.
Penyebaran dan habitat jenis ini menyebar mulai dari Himalaya menuju wilayah lembab di Myanmar hingga Semenanjung Malaysia, ke Sumatera dan Jawa. Di Jawa, jenis ini hanya tumbuh di wilayah barat dengan ketinggian 500-1.500 m dpl, di hutan bukit dan pegunungan lembab. Di Sumatera, A. excelsa tersebar di Bukit Barisan. Tumbuh alami terutama pada tapak lembab dengan curah hujan lebih 100 mm per bulan dan tanah vulkanik. Jenis ini digunakan untuk penanaman terutama di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Ditanam pada jarak rapat, karena pohon muda cenderung bercabang jika mendapat banyak sinar matahari (Muliawati, 1991).
Pohon selalu hijau, tinggi dapat mencapai 40-60 m dengan tinggi bebas cabang 20-35 m, diameter hingga 80-150 cm. Kulit kayu halus, abu-abu, dan kayunya merah. Pohon yang masih muda bertajuk rapat dan berbentuk piramid, kemudian berangsur menjadi bulat setelah tua. Letak daun bergiliran, bentuknya lonjong, panjangnya 6 - 12 cm, dan lebarnya 2,5-5,5 cm, dengan tepi daun bergerigi halus. Bunga berkelamin satu. Bunga jantan dan betina terpisah pada pohon yang sama. Malai betina terdiri dari 14-18 bunga, berkumpul menyerupai kepala. Jenis ini berbunga dan berbuah sepanjang tahun, tetapi puncak pembungaannya April-Mei. Puncak pembuahan dan saat terbaik untuk pengumpulan benih adalah Agustus-Oktober. Vektor penyerbukan belum diketahui, tetapi diduga perantara penyerbukannya adalah angin, berdasarkan tinjauan bahwa bunga tidak memiliki kelopak dan mahkota, benang sari sangat berlimpah, dan kepala putiknya berupa “papila”.
Buah berdiameter 1,2-2,5 cm, berwarna coklat, seperti kapsul yang terdiri 4 ruang. Setiap ruang berisi 1-2 benih yang telah dibuahi. Selain benih yang dibuahi, dalam setiap ruang tersebut juga terdapat benih yang tidak dibuahi yang jumlahnya mencapai 35 butir. Benih pipih dan dikelilingi sayap yang berbau aromatik. Setiap kg benih terdiri 177.000 butir atau 75.000 benih/liter. Perkecambahannya epigeal.
Kegunaan; Kayunya sangat awet walaupun langsung bersentuhan dengan tanah. Karena bebas cabangnya tinggi, maka kayunya cocok untuk kerangka jembatan, tiang, konstruksi, tiang listrik dan telpon, serta penyangga rel kereta api. Selain itu, kayunya dimanfaatkan untuk konstruksi berat, rangka kendaraan, perahu dan kapal, lantai, rakit, finir, dan plywood. Daun yang masih muda berwarna merah sering untuk sayur atau lalap. Di Jawa, daun yang telah ditumbuk halus digunakan sebagai obat batuk. Getahnya berbau aromatik sebagai pengharum ruangan (Purwanti, 1991).













Gambar Altingia excelsa, 1. Bentuk pohon , 2. Bunga jantan, 3. Ranting yang berbuah (sumber: Plant Resources of South East Asia 5, 1994)
2. Bucklandia populnea Claks. (hapas-hapasan, si gandundung) berfungsi sebagai kayu.

2.3.2 Suku Cannabaceae (ganja-ganjaan)
Suku Cannabaceae (ganja-ganjaan) dan Moraceae (beringin-beringinan) termasuk ordo Urticales. Merupakan tumbuhan basa atau berkayu. Daun tunggal dengan stipula, letak tersebar atau berhadapan. Bunga dalam karangan cymosa, atau bunga tunggal. Umunya unisexualis, kecil, actinomorphus. Perianthium 4-6, lepas atau bersatu berwarna hijau. Stamen sejumlah tepalum. Ovarium superum dengan 1-2 carpellum ruang 1 dengan 1 ovulum stigma 2 dan stylus 1. Anemogami dan entomogami. Tidak memiliki nectarium. Buah nux (samara), drupa. Terdiri dari 4 famili : Moraceae, Cannabiaceae, Ulmaceae, dan Urticaceae. Ulmaceae dan Urticaceae tidak dibahas.
Tumbuhan basah aromatis, tidak mengandung getah. Daun tunggal, palminervis, terbagi atau bercangap. Stipula persistent, letak daun berhadapan. Bunga unisexualis, dioecus. Bunga Г pentamer dengan 5 stamen. Bunga E dengan perianthium berbentuk cawan ovarium superum 1 dengan 1 ovulum, stigma 2. Buah nux.
Herba yang tegak (Cannabis) atau memanjat (Humulus), mengakumulasi quebrakhitol dan menghasilkan alkaloid piridin, kadang-kadang bertanin dengan proantosianin, batang dengan suluran-suluran sekrotori pada floem tetapi tanpa cairan serupa susu, Kristal-kristal kalsium oksalat sering terdapat pada jaringan parenkim.
Daun pada Cannabis di sebelah bawah letaknya berhadapan, disebeklah atas tersebar; majemuk palmatus; pada epidermis terdapat rambut-rambut berkelenjar yang mengandung substansi aromatis atau psikotrofik bercampur dengan rambut-rambuit tidak berkelenjar, sistolit yang hkas pada bagian dasar dari beberapa rambut-rambut tidak berkelenjar dari epidermis daun dan batang; stipula persisten.
Bunga dalam pertabungan simosa (percabangan terbatas); setiap bunga uniseksual; kecil; bunga jantan dengan 5 sepal, apepetal, dan 5 stamen di depan sepal; bungan betina dengan tabung kaliks yang membungkus ovarium pada Cannabis liar atau tereduksi menjadi cincin pada Cannabis yang ditanam, ovarium 1 ruang, 1 karpel, 1 ovul. Buah akhene, biji dengan endosperm yang berdaging dan berminyak.
Suku ini terdiri dari Cannabis dan Humulus. Cannabis hanya memiliki satu jenis yaitu Cannabis sativa L. dengan dua anka jenis sativa yang banyak ditanam di belah bumi utara terutama untuk sertnya (hemp) dan anak jenis indica (Lam.) Small dan Cronq. Yang banyak ditanam di daerah tropis untuk obat psikotrofik (marijuana, hasish). Kultivar dari anak jenis ndica lebih banyak mengandung bahan aktif ∆9 tertrahidrokanobinol (THC) dari pada anak jenis sativa.

Contoh: Cannabis sativa (ganja, mariyuana)
Manfaat :
- Daun dan biji tanaman cannabis dapat digunakan untuk mengobati penyakit kanker dan tumor.
- Akar dan batangnya dapat dibuat ramuan yang mampu menyembuhkan penyakit, diantaranya kram perut, disentri, asma, anthrax, luka bakar, dan lainnya.
Dalam tanaman ganja terdapat kandungan kimia yang dapat membantu penyembuhan penyakit dalam tubuh antara lain seperti tonic (penguat), analgesic, penghilang rasa sakit, dan penenang. Bahkan efek ganja yang dapat meningkatkan nafsu makan ternyata bagus bagi penderita AIDS dan anorexia nervosa yang perlu dibangkitkan selera makannya. Sedangkan perasaan teler atau melayang dikaitkan dengan keceriaan atau tertawa yang konon dapat membantu kekuatan penyembuhan tubuh dan jiwa. Ganja telah lama dikenal manusia dan digunakan sebagai bahan pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai sumber minyak.
Di sejumlah negara penanaman ganja sepenuhnya dilarang. Namun di beberapa negara lain, penanaman ganja diperbolehkan untuk kepentingan pemanfaatan seratnya. Syaratnya adalah varietas yang ditanam harus mengandung bahan narkotika yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali. Ganja tidak selalu identik dengan hal-hal negatif. Banyak juga hal-hal positif yang bisa dimanfaatkan dari tanaman ini “Ganja tidak selalu identik dengan hal-hal negatif. Banyak juga hal-hal positif yang bisa dimanfaatkan dari tanaman ini sejauh pemanfaatannya dalam batas yang wajar dan tidak disalahgunakan.”

2.3.3 Suku Moraceae
Pohon, tanaman memanjat atau perdu, jarang semak sangat kerap dengan getah. Daun duduknya sangat berlain-lainan; tunggal, daun penumpu rontok atau tidak pronto, kalau rontopk meninggalkan bekas yang jelas kadang-kadang bersatu. Bungan tersusun dengan bermacan cara, kadang-kadang bunga bulir rapat, berdaging. Buah dentuk bolia dan hanya terbuka pada ujung. Bunga berkelamin satu, berumah satu atau dua, bunga jantan: daun tenda bunga 4, benangsari kerapkali sebanyak it, kepala sari beruang dua; bunga betina, daun kerap kali membentuk tenda bunga kerap kali 4, lepas atau rekat, tidak rontok dank rap kali membesar setelah mekar, bakal buah menumpang atau tenggelam, beruang 1, bakal biji 1, tangkai putik 1 atau 2. Buah kecil serupa buah batu atau dengan dinding lunak, kadang-kadang terkumpul menjadi buah majemuk atau buah semu (Steins, 1978).
Suku Moraceae berupa pohon, perdu, liana, jarang berupa herba; hamper selalu mengandung getah serupa susu yang dihasilkan pada latisifer pada perenkim batang dan daun, kandungan latisifer bermacam-macam tergantung macam jenisnya, kadang-kadang menghasilkan alkenoid, sering bertanin.
Tumbuhan berkayu atau tumbuhan basah, mengandung getah berwarna putih atau bening. Daun tunggal dengan stipula yang sering esar sehingga meliputi batang, letak tersebar. Bunga dalam karangan – cymosa, sering tersusun padat sehingga merupakan bonggol (Artocarpus), cawan (Antiaris) atau piala (Ficus). Bunga unisexualis, kecil, actinomorphus. Perianthium 2-6 atau 0. umumnya 4 (2x2). Bunga Г stamen 4 atau tereduksi jadi 2-1 dengan stamen yang letaknya dihadapan tepalum dan filamentum yang jelas anthera 2 theca. Bunga E ada atau tidak ada perianthium pistilum 1 ovarium superum inferium, carpellum 2 beruang 1 dengan 1 ovulum. Stylus 1-2 stigma 1-2 . Buah nux (achenium), drupa yang bersusun sehingga merupakan buah semua. Contoh:

F. benjamina F. elastika Morus alba (murbei).
Daun berhadapan atau tersebar, tunggal, jarang majemuk, sering dengan sistolit pada epidermis, kalsium karbonat dan silica sering terdapat pada dinding sel dari epidermis dan trikom, ada stipula.
Tumbuhan beruma dua atau berumah satu, bunga dalam perbungan rasemus, spika umbela atau bongkol, atau dalam reseptakel yang membentuk piala, setiap bunga uniseksual, kaliks 4 sepal, lepas atau bersatu, kadang-kadang tidak ada, apetal, setamen pada bunga jantan sebanyak sepal, letaknya berhadapan dengan sepal, banga betina denga ginaesium terdiri dari satu ovarium yang superus atau inferus, 2 karpel, 1-2 ruang, ovul 1 tiap ruang (1 ruang lagi kosong), stilus 2 atau bercabang 2.
Buah drupe sering tersusun menjadi buah majemuk, atau akhene didalam reseptakel yang berdinding membentuk piala dan disbut sikoniu. Biji dengan atau tanpa endosperm, embrio biasanya melengkung.
Suku ini terdiri dari 40 marga dengan hamper 1000 jenis, tersebar luas didaerah tropis dan subtropics, sedikit ditemperata. Marga yang terbesar adalah ficus (500 jenis). Contoh:
a. Ficus fistulosa Reinw. ex Bl. (beunying, loe)
b. Artocarpus altilis (Park.) Fosberg (sukun), bauh dimakan.
c. Artocarpus elastica Reinw. Ex Bl. (benda, teureun), getah lengket.
d. Artocarpus heterophylus Lmk. (nangka) buah dimakan
e. Artocarpus integer (Thunb.)Merr. (cempedak), buah dimakan.
f. Antiaris tixicaris (Pers.)Lesch. (ipoh, upas), getah beracun.
g. Broussonetia papyrefera (L.) Vent. (sapukau) sebagai bahan kertas.
h. Ficus ampelas Brum.f. (ampelas). Ficus benjamina L. (beringin).
i. Ficus deltoidae Jeck. (walem, tabat barito), tumbuh di hutan deket kawah atau tanah berpasit di pantai.
j. Ficus elastica Nois. Ex Bl. (kikaret), hiasan getah untuk karet.
k. Ficus septic Brum.f. (awar-awar) daun, akar, getah untuk obat.
l. Morus alba L. , Morus australis Poir. Morus nigra L. , Morus multicaulis Perr. (murbei), makanan ulat sutra.
























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hamamelidae merupakan anak kelas yang terkecil dalam magnoliopsida.
2. Suku-suku Hamamelidae antara lain; Hamamelidaceae, Cannabaceae, Moraceae.
3. Hamamelidaceae berupa pohon berkayu atau herba, daun tunggal, kadang-kadang majemuk pinatus atau palmatus, bunga umumnya anemophyli atau entomophyli, stamen 2 – beberapa, kadang banyak, sering dengan perpanjangan, penghubung, polen binukleat atau trinukleat, 3-beberapa aperture gynoecium : 1-beberapa karpel, seringkali satu karpel terdiri dari 11 ordo, 24 famili dan 3400 species.
4. Cannabaceae herba yang tegak (Cannabis) atau memanjat (Humulus), daun majemuk palmatus, bunga dalam perungaan simosa, uniseksual, kecil bunga jantan memiliki 5 sepal, apetal, dan 5 stamen di depan sepal
5. Manfaat daun dan biji tanaman cannabis dapat digunakan untuk mengobati penyakit kanker dan tumor. Akar dan batangnya dapat dibuat ramuan yang mampu menyembuhkan penyakit, diantaranya kram perut, disentri, asma, anthrax, luka bakar, dan lainnya.
6. Moraceae pohon, perdu, liana, jarang herba, daun berhadapan tau tersebar tunggal, jarang majemuk, bunga dalam perbungaan rasemus, spika, bongkol, atau dalam reseptakel yang membentuk piala, uniseksual, kaliks 4 sepal, apetal, stamen, buah Sering tersusun menjadi buah majemuk atau akhene, biji dengan atau tanpa endosperm, buah kecil, serupa buah batu atau dengan dinding lunak

3.2 Saran
Harapan saya kepada para pembaca khusus bagi dosen pembimbing agar studi kiranya memperbaiki setiap kesalahan atau kesimpulan baik disengaja maupun tidak disengaja. Dalam uraian isi makalah ini khususnya, dan para sahabat-sahabat mahasiswa umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Cronquis, A. 1981. An Integrated System os Clasification od Flowering Plants. New York: Columbia University Press.
Dasuki, Ahmad, Undang. 1991. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Pusat Antar Universitas Bidang Ilmu Hayati ITB.
Muliawati, E.S.; Iriantono, D. 1991. Pemilihan Kadar Air Awal, Ruang Simpan dan Wadah Simpan untuk Penyimpanan Benih Rasamala (Altingia excelsa Noronhae). Laporan Uji Coba No. 95. Departemen Kehutanan. Badan Litbang Kehutanan. Balai Teknologi Perbenihan.
Nurhasybi, Danu, Pramono, A.A; 1997. Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia. Jilid I. Bogor: Balai Teknologi Perbenihan.
Purwanti, E. 1991. Penentuan Karakteristik Masak Fisiologis Benih Rasamala (Altingia excelsa Noronhae) Berdasarkan Warna Buah. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Soerianegara, I. And Lemmens. 1994. Plant Resources of South-East Asia No. 5(1) Timber trees: Major commercial timbers. PROSEA Bogor Indonesia.

Jumat, 04 Maret 2011

UNSUR HARA YANG DIBUTUHKAN TANAMAN

UNSUR HARA YANG DIBUTUHKAN TANAMAN
Beberapa Unsur Hara Yang Dibutuhkan Tanaman : Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Mo, Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl). Unsur hara tersebut tergolong unsur hara Essensial. Berdasarkan jumlah kebutuhannya bagi tanaman, dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Unsur Hara Makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil antara lain Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S). Berikut ini adalah fungsi-fungsi masing-masing unsur tersebut :
1. Nitrogen ( N )
Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri
Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman
Merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau ) seperti daun
Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
2. Phospat ( P )
Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
Merangsang pembungaan dan pembuahan
Merangsang pertumbuhan akar
Merangsang pembentukan biji
Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan ( kurang sehat )
3. Kalium ( K )
Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.
Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah, aun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.
Unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil antara lain Besi(Fe), Mangaan(Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B), Klor(Cl). Berikut tulisan dari Setio Budi Wiharto (09417/PN) dari UGM Jogjakarta.
A. Besi (Fe)
Besi (Fe) merupakan unsur mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero (Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan organik). Mineral Fe antara lain olivin (Mg, Fe)2SiO, pirit, siderit (FeCO3), gutit (FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3) Besi dapat juga diserap dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk khelat. Khelat Fe yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan khelat yang lain. Fe dalam tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma. Penyerapan Fe lewat daundianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Dengan demikian pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan efisien. Fungsi Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperanan dalam perkembangan kloroplas. Sitokrom merupakan enzim yang mengandung Fe porfirin.
Fungsi lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses metabolisme. Proses tersebut misalnya reduksi N2, reduktase solfat, reduktase nitrat. Kekurangan Fe menyebabakan terhambatnya pembentukan klorofil dan akhirnya juga penyusunan protein menjadi tidak sempurna Defisiensi Fe menyebabkan kenaikan kaadar asam amino pada daun dan penurunan jumlah ribosom secara drastic. Penurunan kadar pigmen dan protein dapat disebabkan oleh kekurangan Fe. Juga akan mengakibatkan pengurangan aktivitas semua enzim.
B. Mangaan (Mn)
Mangaan diserap dalam bentuk ion Mn++. Seperti hara mikro lainnya, Mn dianggap dapat diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering disemprotkan lewat daun. Mn dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih tempat dari logam yang satu ke organ lain yang membutuhkan. Mangaan terdapat dalam tanah berbentuk senyawa oksida, karbonat dan silikat dengan nama pyrolusit (MnO2), manganit (MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit (MnSiO3). Mn umumnya terdapat dalam batuan primer, terutama dalam bahan ferro magnesium. Mn dilepaskan dari batuan karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan batuan adalah mineral sekunder terutama pyrolusit (MnO2) dan manganit (MnO(OH)). Kadar Mn dalam tanah berkisar antara 300 smpai 2000 ppm. Bentuk Mn dapat berupa kation Mn++ atau mangan oksida, baik bervalensi dua maupun valensi empat. Penggenangan dan pengeringan yang berarti reduksi dan oksidasi pada tanah berpengaruh terhadap valensi Mn.
Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein, karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas,ada indikasi dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Defisiensi unsure Mn antara lain : pada tanaman
berdaun lebar, interveinal chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua, pada serealia bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda, split seed pada tanaman lupin.
C. Seng (Zn)
Zn diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Di samping itu, Zn diserap dalm bentuk kompleks khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsure mikro lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadr Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan ZnSiO4). Fungsi Zn antara lain : pengaktif enim anolase, aldolase, asam oksalat dekarboksilase, lesitimase,sistein desulfihidrase, histidin deaminase, super okside demutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, proteinase dan peptidase. Juga berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel dan ruas batang.
Ketersediaan Zn menurun dengan naiknya pH, pengapuran yang berlebihan sering menyebabkan ketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tinggi sering menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terytama pada tanah berkapur.
Adapun gejala defisiensi Zn antara lain : tanaman kerdil, ruas-ruas batang memendek, daun mengecil dan mengumpul (resetting) dan klorosis pada daun-daun muda dan intermedier serta adanya nekrosis.

D. Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap dalam bentuk senyaewa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate acid). Dalam getah tanaman bik dalam xylem maupun floem hampir semua Cu membentuk kompleks senyawa dengan asam amino. Cu dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam bentuk kompleks. Dalam tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4), luvigit (Cu3AsS4), tetrahidrit [(Cu,Fe)12SO4S3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit [Cu2(OH)2CO3], adirit [(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4].
Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase, askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin.Adapun gejala defisiensi / kekurangan Cu antara lain: pembungaan dan pembuahan terganggu, warna daun muda kuning dan kerdil, daun-daun lemah, layu dan pucuk mongering serta batang dan tangkai daun lemah.
E. Molibden (Mo)
Molibden diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan toksis relatif besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman juga berbahaya bagi hewan yang memakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat hara mikro yang lain. Pada daun kapas, kadar Mo sering sekitar 1500 ppm. Umumnya tanah mineral cukup mengandung Mo. Mineral lempung yang terdapat di dalam tanah antara lain molibderit (MoS), powellit (CaMo)3.8H2O. Molibdenum (Mo) dalam larutan sebagai kation ataupun anion. Pada tanah gambut atau tanah organik sering terlihat adanya gejala defisiensi Mo. Walaupun demikian dengan senyawa organik Mo membentuk senyawa khelat yang melindungi Mo dari pencucian air.
Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan xantine oksidase. Gejala yang timbul karena kekurangan Mo hampir menyerupai kekurangan N. Kekurangan Mo dapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun menjadi pucat dan mati dan pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo dimulai dari daun tengah dan daun bawah. Daun menjadi kering kelayuan, tepi daun menggulung dan daun umumnya sempit. Bila defisiensi berat, maka lamina hanya terbentuk sedikit sehingga kelihatan tulang-tulang daun lebih dominan.
F. Boron (B)
Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya berkisar antara 7-80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat B(OH)4-. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5%dari kadar total boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga banyak terjerap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan Al3+ dan atau Si4+. Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara lain turmalin (H2MgNaAl3(BO)2Si4O2)O20 yang mengandung 3%-4% boron. Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami metomorfosis.
Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di samping itu boron juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari. Gejal defisiensi hara mikro ini antara lain : pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas rendah, buah yang sedang berkembang sngat rentan, mudah terserang penyakit.
G. Klor(Cl)
Klor merupakan unsure yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar tanaman dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman, misalnya daun. Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering. Kadar Cl yang terbaik pada tanaman adalah antara 340-1200 ppm dan dianggap masih dalam kisaran hara mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh mineral, sehingga sangat mobil dan mudah tercuci oleh air draiinase. Sumber Cl sering berasal dari air hujan, oleh karena itu, hara Cl kebanyakan bukan menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah keracunan tanaman. Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion lain,untuk tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap hara makro yang penting. Juga berperan dalam fotosistem II dari proses fotosintesis, khususnya dalam evolusi oksigen.
Adapun defisiensi klor adalh antara lain : pola percabangan akar abnormal, gejala wilting (daun lemah dan layu), warna keemasan (bronzing) pada daun, pada tanaman kol daun berbentuk mangkuk.

Komposisi hara mineral dalam tubuh tanaman tidak dapat digunakan secara langsung untuk menentukan apakah hara-hara tersebut merupakan hara esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hartman et al.,1981).  Hara mineral dikelompokkan sebagai hara esensial paling tidak harus memenuhi 3 kriteria (Epstein, 1972), yaitu : 1) tanpa kehadiran hara tersebut maka tanaman tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya, 2) fungsi hara tersebut tidak dapat digantikan oleh hara yang lain, dan 3) hara tersebut secara langsung terlibat dalam metabolisme tanaman yaitu sebagai komponen yang dibutuhkan dalam reaksi-reaksi enzimatis.  Dengan demikian, sangatlah sulit untuk meng-generalisir apakah suatu hara mineral tertentu termasuk esensial atau non esensial, karena hara mineral yang satu bisa bersifat esensial bagi tanaman tertentu tetapi sebaliknya tidak esensial bagi jenis tanaman yang lain. 
Dalam produksi tanaman, suplai hara optimal biasanya dilakukan melalui pemupukan. Aplikasi pemberian pupuk yang rasional membutuhkan informasi jumlah hara yang tersedia dalam tanah serta status nutrisi pada jaringan tanaman.  Pendekatan yang dapat dilakukan adalah disamping dengan melakukan analisis kandungan hara tanah tersedia juga dengan analisis status hara tanaman.  Analisis status hara tanaman dapat dilakukan berdasarkan diagnosis gejala visual dan/atau analisis tanaman sebagai dasar untuk rekomendasi apakah diperlukan pemupukan atau tidak, pupuk jenis apa yang diperlukan dan berapa jumlahnya (Grundon, 1987; Baligar dan Duncan, 1990).
Gangguan hara pada tanaman merupakan masalah utama bagi petani di dunia, di samping masalah-masalah penting lainnya.  Sistem bertanam secara terus menerus dan meningkatnya intensitas tanam menyebabkan problem gangguan hara bertambah besar.  Disatu pihak menyebabkan defisiensi hara tertentu dan dilain pihak  menimbulkan toksisitas dimana pada daerah tersebut sebelumnya hara bukan merupakan suatu masalah.  Dalam situasi seperti itu, petani-petani modern dan juga ilmuwan pertanian membutuhkan informasi untuk membantu mengambil keputusan apakah tanaman di lapangan mengalami gangguan hara atau tidak.  Gejala defisiensi atau toksisitas hara umumnya dapat digunakan untuk maksud tersebut (Grundon, 1987). 
          Gejala defisiensi atau toksisitas secara visual umumnya telah cukup membantu dalam mendiagnosis gangguan hara, terutama bila dilakukan oleh orang atau ahli yang sudah berpengalaman pada tanaman spesifik tertentu dan daerah tertentu dimana dia sudah biasa bekerja disana.  Artinya adalah dituntut pengetahuan yang cukup dan ketelitian yang tinggi karena gejala gangguan hara bervariasi sangat besar tergantung atas spesies tanaman, kondisi lingkungan, umur tanaman dan kemiripan gejalanya dengan gangguan lain seperti infeksi penyakit, kerusakan oleh hama atau karena gangguan gulma (Grundon, 1987; Marschner, 1986; Baligar dan Duncan, 1990.
Apabila tanaman tidak dapat menerima hara yang cukup seperti yang dibutuhkan, maka pertumbuhannya akan lemah dan perkembangannya tampak abnormal.  Pertumbuhan yang abnormal juga akan terjadi bila tanaman menyerap hara melebihi untuk kebutuhannya bermetabolisme.  Diagonsis defisiensi dan tosksisitas hara pada tanaman dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan dengan diagnosis gejala visual dan analisis tanaman (Grundon, 1987; Marschner, 1986; Baligar dan Duncan, 1990).
Secara umum gangguan hara yang menghambat pertumbuhan dan hasil dalam sekala yang ringan tidak dapat dilihat karakteristik gejala visualnya secara spesifik.  Gejala menjadi tampak dapat dilihat dengan tegas apabila defisiensinya atau toksisitasnya berat sehingga laju pertumbuhan dan hasil sangat tertekan.  Sebagai contoh, gejala defisiensi Mg pada serealia dapat teramati dengan jelas pada kondisi lapang selama perkembangan batang, tetapi hal itu tidak berpengaruh merusak bila kahat terjadi pada akhir pengisian biji (Pisarak, 1979  dalam Marschner, 1986).
Gejala defisiensi atau kelebihan hara lebih mudah dilihat pada daun, tetapi mungkin juga terjadi pada bagian lain dari tanaman seperti pucuk batang, buah dan akar.  Gejala defisiensi atau toksisitas umumnya spesifik untuk hara tertentu.  Oleh karena itu adalah memungkinkan menggunakan penampakan visual untuk mendiagnosis tanaman sakit karena kekurangan atau kelebihan hara (Grundon, 1987).