Pengikut

manjadda wajada

dari yakinku teguh hati ikhlasq penuh akan karuniamu tanah air pusaka indonesia merdeka syukur aku sembahkan kehadiratmu Tuhan...

AQ

AQ
DEWE
RSS
Tampilkan postingan dengan label pemimpin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pemimpin. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Desember 2011

ETNOBOTANI TANAMAN PANDAN SAMAK ATAU PANDAN DURI (Pandanus tectorius) DI DESA DUMPIAGUNG KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR

LAPORAN
PENELITIAN ETNOBOTANI

ETNOBOTANI TANAMAN PANDAN SAMAK ATAU PANDAN DURI (Pandanus tectorius) DI DESA DUMPIAGUNG KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Etnobotani

Dosen Pembina :
Dr. Eko Budi Minarno. M.Pd

Disusun oleh:
Nama : Moh. Zainul Amin
NIM : 08620005



















JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2011

KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur yang sebesar-besarnya Kepada Allah SWT atas selesainya Laporan Penelitian Etnobotani Tanaman Pandan Samak Atau Pandan Duri (Pandanus Tectorius) Di Desa Dumpiagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Penelitian ini merupakan penelitian awal untuk memenuhi tugas perkuliahan, yang diharapkan dapat membantu sekaligus menarik perhatian bagi siapapun terutama peneliti untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang Manfaat dari pandanaceae.
Alam sudah menyediakan sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh penghuninya untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Sebagai salah satu unsur penghuni alam itu manusia diketahui paling mudah menyesuaikan diri dengan alam lingkungannya daripada makhluk lain. Kemampuan ini terutama disebabkan karena manusia mempunyai daya cipta, rasa dan karsa sehingga manusia mampu berkarya untuk memudahkan pengadaptasian dirinya.
Semua ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak, oleh karena itu penulis memberikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Eko Budi Minarno. M.Pd sebagai dosen pengampu Mata Kuliah etnobotani yang telah membantu memotifasi dan memberikan kemudahan fasilitas untuk menyelesaikan laporan ini serta semua teman-teman yang telah memotivasi hingga terselesainya laporan ini.
Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyadari bahwasanya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan laporan ini yang dikarenakan oleh keterbatasan waktu dan lain hal. Oleh karena itu, semua saran dan kritik yang bersifat konstruksional sangat saya harapkan dalam kesempurnaan dan sebagai tolak ukur perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, informasi serta memperluas hasanah pengetahuan dan wawasan bagi para mahasiswa khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.
Penyusun,
Malang, 20 Juni 2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alam Indonesia cukup banyak tersedia keanekaragaman tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri kerajinan, antara lain anyaman. Untuk menghasilkan produk anyaman dari bahan tumbuhan diperlukan pengetahuan dan pengalaman dalam mengenal tumbuhan yang memiliki serat yang panjang dan kuat. Salah satu ragam tumbuhan yang memenuhi kedua persyaratan tersebut adalah pandan, yaitu salah satu anggota suku pandan-pandanan (Pandanaceae), terutama dari marga Pandanus.
Tumbuhan yang dikenal sebagai pandan jarang diteliti tapi sering dimanfaatkan. Anggota dari familia ini mempunyai lebih dari 40 jenis yang dapat dimanfaatkan, baik sebagai tanaman hias, sebagai bahan pangan, pewangi, sebagai bahan bangunan dan bahan industri seperti tikar, tas, mebel dan atap rumah (Lemmens, 1998). Menurut Sudardadi (1996), daun pandan dipergunakan sebagai sumber serat untuk berbagai kerajinan anyaman.
Seiring perkembangan budaya, baik tradisional maupun bioteknologi, penggunaan bahan pandan, seperti dapat dijumpai baik dimasyarakat, pasar tradisional, mengalami pergeseran yang digantikan oleh bahan lain, seperti tali oleh plastik, topi dari bahan kain, bambu, rotan dan bahanbahan lainnya. Terjadinya pergeseran ini dapat menyebabkan percepatan hilangnya pengetahuan tentang pemanfaatan serta diversitas jenis-jenis pandan.
Menurut Stringer, dkk (2001), bahan alami mempunyai efek negatif yang lebih kecil dari pada bahan sintetik, contohnya plastik. Hasil penelitian menunjukkan bukti efek toksik additive yang digunakan pada plastik PVC. Menurut Wongso, (2006), trend yang berkembang di negara maju saat ini adalah kembali ke alam (memakai bahan-bahan natural).
Oleh karena itu, penelitian kajian etnobotani ini untuk mendeskripsikan pengetahuan masyarakat terhadap jenis pandan dan pemanfaatannya (sebagai kerajinan).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkn latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengetahuan Masyarakat di desa Dumpiagung tentang tanaman jenis pandan (Pandanaceae) ?
2. Apa manfaat pandan bagi kehidupan Masyarakat di desa Dumpiagung ?
3. Bagian apa dari tanaman Pandan yang dapat di gunakan oleh masyarakat di desa Dumpiagung ?
4. Bagaimana cara pemanfaatan pandan oleh masyarakat di desa Dumpiagung ?

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian etnobotani yang kami lakukan di desa Dumpiagung Kecamatan Kembangbahu Lamongan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan Masyarakat di desa Dumpiagung tentang tanaman jenis pandan (Pandanaceae)
2. Untuk mengetahui manfaat pandan bagi kehidupan Masyarakat di desa Dumpiagung
3. Untuk mengetahui Bagian apa dari Pandan yang dapat di gunakan oleh masyarakat di desa Dumpiagung
4. Untuk mengetahui cara pemanfaatan pandan oleh masyarakat di desa Dumpiagung

2.2 Manfaat Penelitian
Hasil dari kajian etnobotani dan penentuan jenis pandan (pandanaceae) ini, dapat ditindaklanjuti untuk pelestariannya dari segi ekologis dan ekonomis. Nantinya juga dapat menghasilkan manajemen informasi secara konvensional tentang keanekaragaman jenis pandan (Pandanaceae) untuk pemanfaatannya dan juga meningkatkan pelestariannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etnobotani
Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai data botani taksonomis saja, tetapi juga menyangkut pengetahuan botani yang bersifat kedaerahan, berupa tinjauan interpretasi dan asosiasi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan tanaman, serta menyangkut pemanfaatan tanaman tersebut lebih diutamakan untuk kepentingan budaya dan kelestarian sumber daya alam.
Etnobotani adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik secara menyeluruh antara masyarakat lokal dan alam lingkungannya meliputi sistem pengetahuan tentang sumber daya alam tumbuhan. Hutan tropika adaalah salah satu sumber alam hutan yang terluas di dunia yang diharapkan dapat terus berperan sebagai paru-paru dunia yang mampu meredam perubahan iklim global. Sebagian besar hutan ini menghadapi ancaman kritis dari tahun ke tahun yang terus mengalami peningkatan.
Menurut Martin (1998) etnobotani merujuk pada kajian interaksi antara manusia, dengan tumbuhan. Kajian ini merupakan bentuk deskriptif dari pendokumentasian pengetahuan botani tradisional yang dimiliki masyarakat setempat yang meliputi kajian botani, kajian etnofarmakologi, kajian etnoantropologi, kajian etnoekonomi, kajian etnolinguistik dan kajian etnoekologi.

2.2 Deskripsi Pandan (Pandanaceae)
Pandan merupakan tanaman anggota famili Pandanaceae. Terdapat 4 genus yaitu Freycinetia, Pandanus, Sararanga dan Mertellidendron bernaung dibawah famili pandan-pandanan. Tiga genus yang disebut pertama hidup di Indonesia, terutama wilayah timur seperti Papua dan Maluku. Genus yang disebut terakhir hanya ditemukan di Madagaskar dan Seychelles.
Marga Pandanus tercatat memiliki anggota sekitar 700 jenis (Stone, 1982 dan 1983). Di Jawa diperkirakan terdapat 16 jenis (Backer, 1925; Backer dan Bakhuizen v.d. Brink Jr,. 1968). Dari hasil eksplorasi terbaru di Ujung Kulon tercatat empat jenis (Keim et al,. 2006). Dari sekitar 700 jenis tersebut, pandan samak (Pandanus odoratissimus L.f.) adalah jenis yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk berbagai macam keperluan, mulai dari bumbu masak, bahan obat, hingga keperluan keagamaan (Thomson et al,. 2006). Terkait dengan industri kerajinan, Hofstede (1925) melaporkan bahwa awal abad ke-20 kawasan Tangerang merupakan salah satu pusat produksi kerajinan pandan di Indonesia, yang pada saat itu produknya sudah dipasarkan hingga ke mancanegara, seperti Amerika Serikat, Australia, Belanda, Italia, Perancis, dan Singapura.
Genus Pandanus mempunyai keanekaragaman jenis tinggi, yakni kira-kira 700 spesies. Dari jumlah itu, lebih dari 100 spesies di Kalimantan, 20 spesies Maluku. Itulah sebabnya kedudukan Indonesia istimewa karena tingginya biodiversitas pandan sekaligus ditengarai sebagai daerah asal beberapa spesies. Beberapa spesies yang diduga asli Indonesia adalah pandan wangi Pandanus amaryllifolius dan buah merah Pandanus conoideus yang pertama kali ditemukan oleh Georgius Everhardus Rumphius pada tahun 1743.
Jenis-jenis dari marga Pandanus merupakan anggota Pandanaceae yang paling luas persebarannya dan kisaran habitat yang ditempatinya. Tumbuhan tersebut dapat ditemukan mulai dari pantai berpasir hingga hutan dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 3500 m dari permukaan laut; dan mulai dari hutan sekunder dan padang rumput dengan corak ragam tanah mulai dari tanah basah subur berhumus, kapur, rawa gambut hingga tanah berpasir yang relatif kering dan miskin zat-zat hara (Stone, 1982).
Dari ke-4 genus itu total tanaman anggota famili Pandanaceae terdiri dari 909 spesies yang multimanfaat. Kegunaan pandan antara lain sebagai bahan pangan, penyedap masakan, bahan kerajinan, ritual, dan obat tradisional. Di berbagai daerah pandan tak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat Halmahera, Kebumen dan Lamongan memanfaatkan daun pandan sebagai bahan baku tikar dan kerajinan lain seperti topi dan tas. Tentu tak semua pandan cocok untuk bahan baku tikar. Jenis yang paling pas adalah Pandanus tectorius, Pandanus dubius, dan Pandanus papuanus. Meski sepanjang tepian daun ketiga spesies itu berduri, tetapi bertekstur lentur dan tak mudah patah.

2.3 Jenis-jenis pandan (Pandanaceae)
1. Sararanga sinuosa
 Nama daerah : Kayari
 Habitat : Pulau Yapen, Papua Barat
 Deskripsi : pohon tumbuh tunggal, tinggi seperti pohon kelapa. Diameter batang bisa mencapai 67 cm tanpa akar tunjang. Daun memanjang seperti pedang dengan panjang 3 m dan lebar 11 cm. Buah berair, bentuknya mirip ginjal, hijau saat muda, dan berubah merah ketika matang. Dalam satu buah terdapat 60 biji. Rasanya asam dan manis ketika matang. Bobot tandan mencapai 10 – 20 kg dengan panjang sekitar 1,5 m. Sebuah pohon menghasilkan 2 – 8 tandan.
 Kegunaan : sebagai bahan baku tikar
 Penemu : Odoardo Beccari, ahli botani kelahiran Italia, lahir 16 November 1843. Ditemukan sekitar 4 – 28 April 1875.
2. Pandanus pseudosyncarpus
 Nama daerah : pandan rambutan
 Habitat : Nabire dan Yapen, Papua Barat
 Deskripsi : bentuk dan warna seperti rambutan Nephelium lapaceum
 Penemu : Ryozo kanehira tahun 1940.
3. Pandanus dubius
 Nama daerah : pandan durian
 Habitat : Yapen, Papua Barat
 Deskripsi : berupa pohon tunggal setinggi 10 – 15 m. biasa tumbuh berkelompok disekitar pantai. Menghasilkan 2 – 5 buah. Buahnya persis buah durian Durio zibethinus. Panjang daun mencapai 93 cm.
 Kegunaan : daunnya untuk memepes ikan, anyaman tikar, dan topi.
4. Pandanus krauelianus
 Nama daerah : Raintui
 Habitat : tepian pantai hingga ketinggian 100 m dpl. Yapen, Papua barat
 Deskripsi : sekilas bentuknya mirip buah merah Pandanus conoides dengan tinggi tanaman sekitar 3 m, berumpun, dan berakar tunjang. Menghasilkan 1 – 3 buah. Daun berbentuk lanceolate alias pedang sepanjang 2,5 m dan lebar 6 – 7 cm.daun berujung runcing dan sepanjang tepian daun berduri.
 Kegunaan : sebagai bahan baku tikar dan beragam wadah untuk perlengkapan sehari-hari
5. Pandanus biakensis, Pandanus papuanus
 Nama daerah : waywin
 Habitat : Biak, Yapen, Papua barat
 Deskripsi : tinggi tanaman sekitar 20 m, keras dan berduri di sepanjang batang. Daun memanjang seperti pedang berwarna hijau terang dipermukaan atas dan hijau kekuningan di permukaan bawah. Buah tunggal sepanjang 37 cm dan berdiameter 67 cm, ketika matang buah berubah warna menjadi kuning.
 Kegunaan : daun sebagai bahan baku tikar dan akarnya sebagai bahan serat untuk tali dan anyaman tas.
 Penemu : St John.
6. Pandanus kaernbachii
 Nama daerah : Kolimu
 Habitat : Kepulauan Bismarck, Papua Nugini Timur. Yapen, Papua barat
 Deskripsi : berupa pohon tunggal, tinggi mencapai 10 m dengan ditopang akar setinggi 2 – 5 m. buahnya bulat. Daun memanjang hingga 2,5 m, berlilin putih
 Kegunaan : bahan baku anyaman tikar
 Penemu : LIPI

2.4 Etnobotani Tanaman (Pandanaceae)
Pandan mempunyai nilai sosial dan ekonomi yang tinggi. Nilai sosial tampak pada adat masyarakat Galela di Halmahera, Maluku Utara. Di sana tikar bukan sekedar alas tidur. Anyaman daun kulewe alias pandan itu menjadi perlengkapan ritual pernikahan. Yang menyerahkan justru mempelai perempuan. Oleh karena itu kaum hawa Galela mesti dapat menganyam daun pandan sebelum menikah.
Dalam berbagai acara ritual, daun pandan juga disertakan. Masyarakat Galela menggunakan daun pandan besar Pandanus papuanus yang dianyam untuk membungkus jenazah. Secara tak langsung mereka juga melakukan konservasi terhadap pandan besar. Sebab, mereka akan berupaya keras untuk menjaga keberadaan tanaman itu.
Penduduk Tidore lazim menggunakan pandan lamo Pandanus amaryllifolius untuk ziarah kubur. Mereka memotong-motong daun pandan beraroma harum sepanjang 40 – 50 cm. Lalu setiap malam jumat mereka menziarahi kubur sembari menabur irisan daun pandan di atas pusara. Karena ritual itu, semua pekarangan rumah masyarakat setempat ditanami pandan lamo alias pandan wangi yang dulu bernam ilmiah Pandanus latifolius.
Tanaman itu juga dimanfaatkan untuk ritual penyambutan tamu. Daun pandan lamo dibuat bentuk segiempat untuk meletakkan sirih dan buah pinang. Pandan wangi sejatinya dapat berbunga, tongkol bunga dapat dikonsumsi. Namun lantaran daunnya terus dipetik, tanaman itu tak sempat berbunga. Selain untuk perlengkapan ritual, daun pandan wangi juga berkhasiat untuk obat. Irisan daun yang diseduh minyak kelapa lazim untuk mengatasi rematik dengan cara menggosok bagian tubuh yang sakit.
Pandan wangi yang juga dikenali sebagai pandan bau atau pandan rampai adalah dari jenis tanaman bersifat saka. Tumbuhan dari keluarga Pandanaceae ini adalah sekeluarga dengan pokok mengkuang. Pokok pandan wangi adalah tanaman yang mudah tumbuh dan dipelihara. Tanaman yang dipercayai berasal dari Bangka, Indonesia ini telah tersebar luas di kawasan tropika Asia Tenggara. Walaupun sudah berabad-abad lamanya tanaman ini berada di negara kita, kebanyakan tanamannya masih terdapat di kebun dapur. Kawasan tanaman secara komersial pula amat terhad.Pandan wangi tumbuh berumpun dan mempunyai daun yang panjang dan meruncing di hujung seperti pedang. Tanaman ini tidak pernah dilaporkan berbunga. Terdapat dua jenis pandan wangi iaitu Pandan wangi besar dan Pandan wangi kecil. Kebanyakan tanaman pandan wangi di negara ini adalah dari jenis Pandan wangi kecil. Ketinggian pertumbuhannya lebih kurang 0.75–1.50 m. Ukuran panjang daun antara 55–75 cm dan lebar di bahagian tengah antara 4–5 cm. Manakala ketinggian Pandan wangi besar pula adalah 3.7–4.3 m, panjang daun lebih kurang 2.3 m dan lebar 9.0 cm (Hidayat, 1995).
Pandan wangi mempunyai berbagai kegunaan dalam penyediaan makanan tradisional terutama di kalangan masyarakat Melayu di negara ini. Ia di gunakan sebagai pewarna, pewangi serta perangsang selera. Kini ekstraknya telah digunakan oleh beberapa syarikat pengeluar roti, kek, biskut dan kuih-muih sebagai pewarna dan perisa asli pandan. Di samping itu, terdapat juga produk seperti minuman kacang soya dan santan kelapa yang berperisa pandan di pasaran. Pandan wangi juga dikatakan mempunyai khasiat perubatan. Bagi kegunaan perubatan pula antaranya adalah untuk merawat penyakit demam campak dan juga dikatakan berkesan bagi mengubati penyakit gonorea, sifillis, denggi dan anaemia.
Pandan wangi bukan satu-satunya spesies pandan berkhasiat obat. Keluarga Pandanaceae sempat sohor sebagai obat beragam penyakit. Namanya buah merah Pandanus conoideus yang mempunyai varietas bentuk hingga 36. Diantara anggota famili Pandanaceae boleh jadi buah merahlah yang paling banyak diteliti dalam aspek farmakologi. Buah merah terbukti mengandung antioksidan tinggi.
Jenis lain yang biasa dimanfaatkan sebagai penawar sakit adalah buro-buro koya alias Pandanus dubius dan kulewe kokoa Pandanus papuanus. Masyarakat Tidore memanfaatkan umbut atau titik tumbuh kedua pandan itu sebagai penawar racun ular, serangga, serta berbagai ikan seperti bulu babi dan pari. Umbut pandan itu dihancurkan dan diborehkan di atas luka sengatan serangga atau gigitan ular.
Akar yang menopang pohon Pandanus dubius dan Pandanus papuanus itu oleh masyarakat Papua dimanfaatkan sebagai bahan serat yang mengkilap dan kuat. Pengambilan akar tak akan mengganggu pertumbuhan pohon. Masyarakat Tabati dan Engros di Teluk Humboldt, Papua, mengolah serat asal akar pandan sebagai bahan jala dan tali pancing. Meski sering terendam dalam air laut, jala itu mampu bertahan hingga 3 tahun.
Faedah lain pandan sebagai pewarna makanan, penyedap, dan aroma makanan. Spesies yang mengemban peran itu pada umumnya adalah pandan wangi dan pandan bambu. Di Minahasa dan Bolaangmongondow dai pandan juga digunakan untuk membungkus beragam camilan (Hidayat, 1995).
Ada pula pandan yang lazim sebagai bahan pangan. Selain buah merah, spesies yang kerap dimanfaatkan untuk bahan makanan adalah pandan kelapa Pandanus brosimos, pandan Pandanus julianetti, dan Pandanus iwen. Buah pandan itu dibakar dan dinikmati seperti kacang. Pada masa silam, pemetikan pandan kelapa kerap menimbulkan konflik antarkelompok bila pemanenannya tak sesuai dengan daerah kekuasaan sebuah kelompok.
Kayari Sararanga sinuosa dan raintui Pandanus kraulianus juga beberapa jenis pandan yang buahnya dapat dikonsumsi. Daging buah pandan Pandanus tectorius bagi masyarakat Halmahera ibarat kacang kenari yang lezat. Selain itu, karena penampilannya yang elok, pandan juga layak sebagai tanaman hias. Spesies anggota genus Freycenetia yang merambat dengan buah merah merona pas menghias teras.
Pandan duri dan bemban (jenis tanaman yg tumbuh di rawa-rawa) adalah jenis tanaman yang banyak ditemukan di kalimantan tengah, khususnya di sekitar desa Banua usang kec. Danau Sembuluh, kab. Seruyan Raya. Kedua tanaman tersebut merupakan tanaman yang sangat berguna sebagai bahan dasar untuk membuat barang-barang fungsional untuk kebutuhan rumah tangga, di antaranya tikar, jalung, bakul, dan lain-lain.
Kemampuan mengayam didapatkan masyarakat setempat secara turun menurun. Adapun motif-motif ini merupakan motif tradisional yang merupakan hasil dari daya cipta si pembuat. Desa Banua Usang bisa dikatakan memiliki ketersediaan sumber bahan baku yang melimpah, ditambah lagi masyarakatnya pun sudah terbiasa menganyam pandan dan bemban. Namun sayang potensi ini belum dapat dioptimalkan secara baik. Aplikasi bentuk produk yang minim inovasi dan sarana transportasi yang bisa dikatakan sulit mungkin menjadi penyebab kurang dioptimalkannya potensi ini.








BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian Etnobotani tanaman pandan (Pandanaceae) dilakukan pada tanggal 27 s/d 29 Mei 2011 di Desa Dumpiagung Kecamatan Kembangbahu kabupaten Lamongan Jawa Timur.

3.2 Alat dan bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peralatan Tulis dan kamera. Sementara itu bahan yang digunakan adalah sampel tumbuhan Pandan Samak atau Pandan Duri (Pandanus tectorius) dan juga Informan dari masyarakat di desa tersebut baik masyrakat biasa ataupun yang memang sudah menggunakan Pandan sebagai kerajianan.

3.2 Cara Kerja
Penelitian etnobotani pandan di desa Dumpiagung Kecamatan Kembangbahu kabupaten Lamongan Jawa Timur dilakukan dengan cara wawancara open ended dan semi struktural terhadap masyarakat setempat, termasuk pengrajin maupun perusahaan yang mengelola pandan serta pengamatan langsung dilapangan meliputi area budidaya pandan, proses pembuatan kerajinan pandan dan lain-lain. yang berpedoman pada daftar pertanyaan seperti: nama lokal tanaman, bagian yang dimanfaatkan, manfaatnya, cara pemanfaatannya, status tanaman (liar/budidaya) dan lainnya (Supriati & Kasrina, 2003).




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No. Spesies Bagian yang digunakan Manfaat
1.










2. Pandan Samak / Pandan Duri (Pandanus tectorius)







Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) Daun






Batang

Akar

Daun - Untuk bahan baku kerajianan seperti : Tikar, tas, sandal, box, sapu lidi, ketupat, jekikrek, dll.
- Untuk memasak
(mempermudah nyalanya api)

- Untuk kayu bakar

- Untuk Siwak

- Untuk Pewangi makanan










4.2 Pembahasan
4.2.1 Deskripsi Tempat
Desa Dumpiagung kecamatan kembangbahu adalah salah satu desa di kabupaten Lamongan yang merupakan salah satu tempat sentral produksi kerajinan anyaman di kabupaten Lamongan yaitu anyaman-anyaman yang berasal dari suku pandanaceae, yang biasanya di manfaatkan sebagai tikar, tas sapu dan lain-lain.












Gambar : Peta Poros desa kecamatan Kembang bahu
Kabupaten Lamongan secara geografis terletak 651'54" - 723'06" Lintang Selatan dan 11233'45" - 11233'45" Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Lamongan di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gresik, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tuban dan Bojonegoro sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Jombang. Luas wilayah Kabupaten Lamongan 1.812,80 Km2 yang terbagi menjadi dua puluh enam kecamatan dengan Lamongan sebagai ibukota Kabupaten Lamongan.
Kabupaten ini merupakan salah satu penghasil beras terbesar di Jatim. Setiap tahun produksi beras lamongan mencapai rata-rata 441.000 ton. Konsumsi penduduk hanya 36 persen selebihnya dijual keluar daerah antara lain Surabaya, Malang, dan Madura. Peran 10 waduk yang tersebar di lamongan wilayah selatan ini turut memicu peningkatan produksi padi.
Disektor industri, Kabupaten Lamongan sedang mengembangkan industri pengolahan bahan baku ikan di kawasan sebelah utara. Sebagai penghasil ikan laut yang mencapai 38.915 ton, kabupaten yang memiliki bibir pantai sepanjang 47 kilometer ini baru mengolah 30 persen hasil tangkapannya menjadi tepung ikan. Selebihnya industri yang berbahan baku ikan masih terbuka lebar.
Lamongan juga berpredikat sebagai penghasil kapas terbesar di Jatim sekaligus menjadi pusat percontohan budi daya kapas di Indonesia. Tanaman jagung juga merupakan produk unggulan dari Lamongan. Tanaman jagung benih hibrida ini telah mencapai 75 persen dari areal tanaman jagung seluas 48.000 hektar.
Dari sektor perdagangan , berbagai hasil kerajinan, seperti kerajinan kayu, emas, perak, tembikar dan keramik, kulit dan anyam-anyaman tidak hanya mampu menembus Jatim tetapi juga pasar luar negeri.
Lamongan memiliki sejumlah obyek wisata menarik. Di daerah pantai terdapat obyek wisata Monumen Van der Wijck Waduk Gondang Pantai Tanjung Kodok dan Wisata Bahari Lamongan/Jatim Park-2. Goa Maharani terletak di Kecamatan Paciran, di tepi jalur utama pantura, merupakan gua kapur yang sangat indah. Tak jauh dari Gua Maharani, terdapat Makam Sunan Drajat dan Makam Sunan Sendang Duwur, yakni penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Kedua makam tersebut memiliki arsitektur yang sangat dipengaruhi oleh Majapahit. Di dekat kompleks makam terdapat Museum Sunan Drajat.

4.2.2 Pengetahuan Masyarakat terhadap Pandan
Wawancara terhadap masyarakat di desa Dumpiagung kecamatan kembangbahu di lakukan kepada 10 orang Informan. Hasil dari wawancara terhadap masyarakat didapatkan data sebagai berikut:
Hasil pengamatan dan wawancara diketahui bahwa pemanfaatan pandan samak di lokasi penelitian yaitu untuk kebutuhan bahan baku anyaman seperti tikar dan keperluan rumah tangga lainnya serta pandan samak juga dapat di gunakan untuk upacara adat. Selain pandan samak masyarakat di desa tersebut juga ada yang menggunakan daun kelapa untuk proses kerajinannya namun di sini kami hanya terfokus pada penggunaan tanaman pandan samaknya saja.
Meskipun dalam sejarah perkembangan manusia, tumbuhan telah memainkan peranan penting dalam perkembangan budaya dan telah mengembangkan sendiri dalam mengadaptasi baik terhadap lingkungan dan keperluan hidup dalam masyarakatnya (Sastrapraja, 1984; Soekarman dan Soedarsono, 1992). Sebagian besar masyarakat mengetahui kegunaan Pandanus tectorius sebagai bahan baku pembuatan kerajinan. Dari data tersebut diatas bahwa penggunaan bahan alami oleh masyarakat masih lumayan tinggi. Hal tersebut disebabkan lokasi tempat tinggal masyarakat yang merupakan sentra kerajinan pandan di kabupaten Lamongan. Sehingga masyarakat yang tinggal di sekitar sentra kerajinan masih menggunakan tikar pandan. Tikar yang digunakan biasanya tidak bercorak. Masyarakat lebih memilih tikar non-corak karena harganya yang lebih murah dibandingkan tikar corak.
Masyarakat yang ditemui, mengungkapkan alasan memilih tikar pandan daripada tikar dari bahan sintetik adalah kenyamanan yang mereka dapatkan saat menggunakannya. Beberapa masyarakat menyatakan bahwa tikar pandan memiliki keunikan, yaitu ketika musim panas, tikar menjadi dingin dan nyaman, begitu sebaliknya, ketika musim dingin, tikar menjadi hangat dan nyaman. Sehingga tikar pandan cocok digunakan sebagai alas untuk beristirahat disegala musim. Masyarakat mulai menggunakan tikar pandan sejak tahun 1980-an.
Selain itu, beberapa anyaman pandan telah dimodifikasi menjadi bentuk lain, yaitu tas, tempat dokumen, tempat telepon genggam, sandal dan sebagainya dengan harga yang cukup mahal. Akan tetapi, menurut masyarakat yang tinggal di daerah sentra kerajinan, mereka tidak menemui kesulitan dalam mendapatkan tikar pandan, sebab mereka dapat membeli secara langsung di sentra kerajinan tersebut.
Dalam kaitan dengan Pandanus tectorius, masyarakat desa Dumpiagung sudah sangat mengenal dengan tanaman tersebut karena tanaman tersebut sangat banyak tersebar di desa tersebut dan juga ada yang di budidayakn di sekitar pekarangan rumah yang dekat dengan perairan.
Menurut Lemmen (1998) Di beberapa daerah, jenis pandan Pandanus tectorius digunakan sebagai bahan baku kerajinan tangan seperti tikar, dan perkakas rumah tangga lain. Diketahui pula bahwa di daerah yang memanfaatkan pandan sebagai kerajinan tersebut, terdapat beberapa lahan budidaya selain lahan liar. Pandanus tectorius yang dibudidayakan, biasanya ditanam di pekarangan rumah, ladang maupun dipersawahan yang sekaligus berfungsi sebagai pembatas atau kepemilikan sawah itu sendiri.
Jati Batoro (2006), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa Genus Pandanus yang paling banyak ditemukan. Sedangkan spesies yang keberadaannya paling banyak adalah Pandanus tectorius. Lokasi budidaya pandan umumnya banyak ditemukan di daerah yang terdapat sentra kerajinan. Hal ini dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku pandan itu sendiri. Daerah-daerah yang membudidayakan pandan yaitu Lamongan, Nganjuk, Jombang, Trenggalek, dan Malang. Pandanus tectorius terlihat melimpah di Kabupaten Jombang. Hal ini dikarenakan masih banyaknya sentra kerajinan yang berbahan baku pandan di daerah tersebut, sehingga banyak yang membudidayakan. Budidaya pandan di Jawa Timur sekarang ini hanya terbatas pada jenis Pandanus tectorius karena dapat digunakan sebagai bahan mentah kerajinan, sedangkan jenis yang lain belum dibudidaya walaupun Pandanus labyrinthicus di Kabupaten Malang digunakan sebagai tali.
Di daerah selatan Jawa Timur juga banyak ditemukan Pandanaceae, terutama terdapat di daerah pantai bersama dengan komunitas mangrove. Pandan termasuk mangrove monokotiledon yang umum tumbuh di pantai, rawa di dalam barisan rapat mangrove (Mathias,1995). Untuk daerah pantura seperti Tuban, juga masih ditemukan pandan walaupun dalam jumlah yang sedikit. Begitu pula daerah Lamongan dan Gresik. Untuk daerah Lamongan kota masih terdapat sentra kerajinan pandan, meskipun tidak sebanyak di Jombang. Pandan sangat cepat dalam merehabilitasi pantai (Verheij dan Coronel, 1992).

4.2.3 Proses pemanfaatan daun Pandan
A. Poses Pembuatan Bahan Anyaman
Daun muda pandan yang masih lentur dengan panjang 1 m atau lebih diambil untuk bahan anyaman. Bagian ujung dan pangkal daun dipotong. Duri di bagian tepi daun dihilangkan dengan menggunakan alat sabit atau Calok, kemudian daun dibelah memanjang dengan pisau sesuai dengan ukuran lebar yang di butuhkan. Biasanya satu helai daun bisa dibuat menjadi 5-7 suwiran. Daun yang telah dibelah menjadi beberapa tersebut dikenal dengan sebutan suwiran pandan. Lebar suwiran pandan dapat diatur dengan panyoak. Makin sempit lebar suwiran pandan, hasil anyaman semakin halus, kemudian getah atau lendir yang terdapat pada suwiran pandan dihilangkan dengan menggunakan pisau yang lebih kecil atau biasa kita sebut dengan silet sehingga suwiran pandan menjadi lentur dan mudah untuk dianyam.
Setelah suwiran pandan terkumpul sebanyak 1 genggam, lalu diikat, kemudian dijemur atau dikeringkan di sinar matahari atau dengan dianginkan saja juga bisa ketika tidak ada sinar matahari, selanjutnya direbus selama kurang lebih 5 jam. Setelah itu didiamkan atau direndam dalam air dengan tujuan untuk menghilangkan sisa-sisa lendir yang masih menempel pada daun. Suwiran pandan yang telah dimasak, dijemur kembali di bawah sinar matahari selama 2 hari dan hasilnya disebut suwiran pandan putihan. Sebelum dianyam suwiran pandan putihan ini dipukul-pukul perlahan-lahan atau dipaut kembali agar menjadi lemas dan permukaannya halus. Proses awal menganyam disebut ngelabang, dan akhir menganyam disebut ngaput yaitu menutup bagian tepi anyaman. Sebelum dipasarkan, hasil anyaman tikar dijemur kembali agar terlihat lebih segar dan menarik.
Lamanya perebusan dan ukuran suwiran pandan merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi mutu hasil anyaman. Jika pada penjemuran kurang sinar atau cuaca mendung maka hasil anyaman tampak berwarna putih kusam, sedangkan jika perebusan suwiran pandan kurang lama maka suwiran pandan mudah patah pada saat dianyam. Proses menganyam tikar ini juga di gunakan untuk menganyam kerajinan-kerajinan yang lainnya seperti tas, sandal, dan lain-lain.

B. Proses Pembuatan Ketupat Pandan
Proses awal pembuatan ketupat pandan tidak jauh beda dengan proses pembuatan anyaman tikar yaitu Daun muda pandan yang masih lentur dengan panjang 1 m atau lebih diambil untuk bahan anyaman. Bagian ujung dan pangkal daun dipotong. Duri di bagian tepi daun dihilangkan dengan menggunakan alat sabit atau Calok, kemudian daun dibelah memanjang dengan pisau sesuai dengan ukuran lebar yang di butuhkan. Biasanya satu helai daun bisa dibuat menjadi 5-7 suwiran. Namun untuk membuat ketupat biasanya satu helai hanya bisa menjadi 2 Suwiran karena nantinya akan membutuhkan bahan yang lebih besar. Dan pada pembuatan ketupat pandan tidak di perlukan untuk memasak daun pandan akan tetapi cukup dengan menjemur saja karena bahan yang dibutuhkan adalah bahan yang tidak terlalu lunak agar ketupat dapat terbentuk dengan baik dan kuat untuk diisi dengan beras nantinya.
Setelah beberapa suwiran sudah siap untuk digunakan maka proses selanjutnya adalah proses pembentukan ketupat yang sangat unik baik di bentuk persegi seperti pada umumnya ataupun di bentuk dengan motif-motif hewan agar nampak lebih indah dan menarik yang biasanya di sebut oleh penduduk dengan istilah Jekikrek. Pembuatan jekikrek ini memang sangat sulit dan membutuhkan keahlian sehingga tidak semua penduduk dapat membuat kerajinan jekikrek tersebut. Setelah sudah terberbentuk bentukan yang diinginkan kemudian diisi dengan beras dan dimasak selama kurang lebih 4-5 jam untuk mendapatkan hasil yang sempurna.

C. Proses Pembuatan Sapu Lidi
Untuk proses pembuatan sapu lidi yaitu dengan cara memanfaatkan kayu atau bagian dari tulang helaian daun yang telah di sayat atau di gunakan sebagai bahan anyaman ataupun ketupat, yang kemudian di bersihkan lagi dari sisa-sisa daun yang kurang bersih yang masih menempel pada kayu. Kemudian setelah bersih kayu tersebut di jemur dan di potong pada bagian ujungnya yang terlalu lemas agar lebih kaku dan juga tidak terlalu panjang. Setelah itu kemudian dijemur sampai benar-benar kering dan diikat. Biasanya ikatan sapu lidi yaitu sebesar genggaman tangan agar ketika digunakan pas dengan ukuran tangan yang menggunakan.
Sapu lidi yang sudah selesai dibuat biasanya di biarkan dan akan ada pedagang dari luar desa bahkan dari luar kota yang datang untuk membeli dan memperdagangan hasil karya dari penduduk di desa tersebut.









BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di , maka dapt disimpulkan bahwa :
1. Masyarakat di desa Dumpiagung sudah sangat mengenal dengan tanaman pandan karena tanaman tersebut sangat banyak tersebar di desa tersebut dan juga ada yang di budidayakn di sekitar pekarangan rumah yang dekat dengan perairan.
2. Jenis tanaman pan dan yang biasa digunakan oleh masyarakat di desa Dumpiagung adalah jenis Pandan samak atau pandan duri (Pandanus tectorius) dan Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius).
3. Masyarakat Desa Dumpiagung Kecamatan Kembangbahu kabupaten Lamongan Jawa Timur memanfaatkan daun pandan samak atau pandan duri (Pandanus tectorius) untuk pembuatan aneka kebutuhan rumah tangga, seperti tikar, tas, sandal, sapu dan juga ketupat atau jekikrek pandan dan bahan bakar serta Siwak. Dan Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) digunakan sebagai pewangi makanan.
4. Perlu adanya penyuluhan tentang teknik menganyam dan penerapan model (design) dan tata warna yang lebih bervariasi guna meningkatkan nilai jual tikar samak masyarakat Desa Dumpiagung Kecamatan Kembangbahu kabupaten Lamongan Jawa Timur. Peningkatan nilai jual diharapkan akan meningkatkan volume penjualan dan pada akhirnya akan menarik lebih banyak keterlibatan anggota masyarakat dalam industri kerajinan tersebut serta akhirnya akan melestarikan tradisi kerajinan daun pandan di Kabupaten Lamongan.



DAFTAR PUSTAKA
Batoro, J. 2004. Erosi Apresiasi Masyarakat Kota dan Kabupaten Malang terhadap Pandan (Pandanaceae). Laporan Akhir DPP/SPP. Lembaga Penelitian Universitas Brawijaya. Malang
Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB. Bandung. 275 halaman. Hyene, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I. Terjemahan Badan Litbang Kehutanan. Badan
Litbang Kehutanan. Jakarta Lemmen, R.H.M.J. 1998. Plant Resources of South East Asia. Wageningen. Netherland. Mathias, M.E. 1995. World Vegetation.
Polunin, N., 1960. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Sastrapradja, S. 1984. Keanekaragaman Hayati Untuk Kelangsungan Hidup bangsa. Pusat dan Pengembangan Bioteknologi LIPI. Bogor
Silveira, A. 2006. Etnobotany. www. aultimaarcadenoe. com. Tanggal akses 20 Juni 2011. Pukul 20.13 WIB.
Soekarman dan Soedarsono. R. 1992. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani di Indonesia, LIPI. Bogor.
Stringer, R., P.Johnston, B.Erry. 2001. Toxic Chemicals In A Child’s World : An Investigation Into PVC Plastic Products. http : // eu. Greenpeace. Org / downloads / chem. / childworldpvcproducts. Pdf. Tanggal akses 22 September 2006. Pukul 20.01 WIB.
Sudardadi, H. 1996. Tumbuhan Monokotil. Penebar Swadaya. Jakarta. 133 halaman. Tjitrosoepomo, G. 1998. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah mada University Press.
Yogyakarta. Verheij, E. W. M. Dan R. E. Coronel. 1992. Prosea Plant Resources Of South-East Asia 2 Edible.
LAMPIRAN GAMBAR
Pandan samak
Pandan Wangi Buah pandan

Akar
Daun pandan berduri
Daun pandan wangi

Penyuwiran
Suwiran Tikar

Sapu Lidi
Sandal
Ketupat

Perusahaan Tikar Desa Dumpiagung
Pembuatan Tas Pandan

Sabtu, 08 Mei 2010

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional. Banyak muncul pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan, natara lain :
Pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok (1942)
Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala sosial
Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal sama, Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang khusus dalam kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.
Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.
Muncul dua pertanyaan yang menjadi perdebatan mengenai pemimpin,
Apakah seorang pemimpin dilahirkan atau ditempat?
Apakah efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dialihkan dari satu organisasi ke organisasi yang lain oleh seorang pemimpin yang sama?
Untuk menjawab pertanyaan pertama tersebut kita lihat beberapa pendapat berikut :
Pihak yang berpendapat bahwa “pemimpin itu dilahirkan” melihat bahwa seseorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinannya.
Kubu yang menyatakan bahwa “pemimpin dibentuk dan ditempa” berpendapat bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa. Caranya adalah dengan memberikan kesempatan luas kepada yang bersangkutan untuk menumbuhkan dan mengembangkan efektivitas kepemimpinannya melalui berbagai kegiatan pendidikan dan latihan kepemimpinan.
Sondang (1994) menyimpulkan bahwa seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila :
Seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan
Bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinannya
Ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.
Untuk menjawab pertannyaan kedua dapat dirumuskan dua kategori yang sudah barang tentu harus dikaji lebih jauh lagi:
Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi dengan sendirinya dapat dilaihkan kepada kepemimpinan oleh orang yang sama di organisasi lain
Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi tidak merupakan jaminan keberhasilannya memimpin organisasi lain.

Tipe-tipe Kepemimpinan :
Tipe Otokratik
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk :
kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka
pengutmaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
menggunakan pendekatan punitif dalamhal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
Karakteristik dan gaya kepemimpinan tipe ini adalah :
pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif
pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya langsung.
Status quo organisasional tidak terganggu
Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindah yang inovatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.
Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat yang minimum.
Tipe Demokratik
Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
Menyadari bahwa organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia
Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.

Ciri ciri pemimpin dan kepemimpinan yang ideal antara lain :
Pengetahuan umum yang luas, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak secara generalis.
Kemampuan Bertumbuh dan Berkembang
Sikap yang Inkuisitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yang mencerminkan dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki; kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru.
Kemampuan Analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional, melainkan pada kemampuannya untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang diperlukan dalah yang integralistik, strategik dan berorientasi pada pemecahan masalah.
Daya Ingat yang Kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan intelektual adalah daya ingat yang kuat.
Kapasitas Integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki pandangan holistik mengenai orgainasi.
Keterampilan Berkomunikasi secara Efektif, fungsi komunikasi dalam organisasi antara lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi pengawasan.
Keterampilan Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi tersebut.
Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai bapak dan penasehat bagi para bawahannya. Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya bertindak secara objektif.
Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap yang pragmatis biasanya terwujud dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan menentukan tujuan dan sasaran yang berada dalam jangkauan kemampuan untuk mencapainya yang berarti menetapkan tujuan dan sasaran yang realistik tanpa melupakan idealisme. Kedua, menerima kenyataan apabila dalam perjalanan hidup tidak selalu meraih hasil yang diharapkan.
Kemampuan Menentukan Prioritas, biasanya yang menjadi titik tolak strategik organisasional adalah “SWOT”.
Kemampuan Membedakan hal yang Urgen dan yang Penting
Naluri yang Tepat, kekampuannya untuk memilih waktu yang tepat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Rasa Kohesi yang tinggi, :senasib sepenanggungan”, keterikan satu sama lain.
Rasa Relevansi yang tinggi, pemimpin tersebut mampu berpikir dan bertindak sehingga hal-hal yang dikerjakannya mempunyai relevansi tinggi dan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.
Keteladanan,s seseorang yang dinilai pantas dijadikan sebagai panutan dan teladan dalam sikap, tindak-tanduk dan perilaku.
Menjadi Pendengar yang Baik
Adaptabilitas, kepemimpinan selalu bersifat situasional, kondisonal, temporal dan spatial.
Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara berpikir, cara bertindak, sikap dan perilaku agar sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip hidup yang dianut oleh seseorang.
Ketegasan
Keberanian
Orientasi Masa Depan
Sikap yang Antisipatif dan Proaktif

Keretakan Dalam Organisasi
Salah paham dalam menerima dan menafisrkan pesan.
Prosedur hubungan dalam organisasi tidak diikuti dengan benar. Misalnya, arahan dari pihak atasan langsung ke level paling bawah, tanpa mengambil peranan pihak tengah (middle level) dalam organisasi.
Kurangnya komitmen penuh dalam kerja organisasi. Aturan organisasi tidak dipahami dan dihayati pleh anggota organisasi.
Adanya kepentingan pribadi. Organisasi dipergunakan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Permasalahan yang tidak kunjung selesai, sehingga tidak muncul kondisi organisasi yang nyaman.
Tidak adanya pembagian kerja dan juga pembagian keuntungan yang adil..
Keretakan dalam organisasi dapat menumbuhkan citra negatif, dengan permasalah yang saling terkait, antara lain :
Keretakan hubungan antara anggota organisasi.
Perselisihan yang terus berlarut-larut dan suasana organisasi yang muram.
Wujud sikap mementingkan diri sendiri.
Produktivitas organisasi merosot.
Ketidakstabilan organisasi akibat dari retaknya hubungan.
Penyalahsunaan kekuasaan, mementingkan diri sendiri
Pemimpin Visioner
Kepemimpinan visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Diana Kartanegara, 2003).
Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu:
Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”
Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dn peluang. Ini termasuk yg paling penting, dapat "relate skillfully" dg orang2 kunci di luar organisasi, namun memainkan peran penting terhadap organisasi.
Seorang pemimpin harus memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision).
Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan "ceruk" untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna memperiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.

Barbara Brown mengajukan 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin visioner, yaitu:
Visualizing. Pemimpin visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan mempunyai gambaran yang jelas kapan hal itu akan dapat dicapai.
Futuristic Thinking. Pemimpin visioner tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis pada saat ini, tetapi lebih memikirkan di mana posisi yang diinginkan pada masa yang akan datang.
Showing Foresight. Pemimpin visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi dan faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi rencana.
Proactive Planning. Pemimpin visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik untuk mencapai sasaran tersebut. Pemimpin visioner mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan rintangan potensial dan mengembangkan rencana darurat untuk menanggulangi rintangan itu
Creative Thinking. Dalam menghadapi tantangan pemimpin visioner berusaha mencari alternatif jalan keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan masalah. Pemimpin visioner akan berkata “If it ain’t broke, BREAK IT!”.
Taking Risks. Pemimpin visioner berani mengambil resiko, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukan kemunduran.
Process alignment. Pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. Ia dapat dengan segera menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap departemen pada seluruh organisasi.
Coalition building. Pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangka mencapai sasara dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang harmonis baik ke dalam maupun ke luar organisasi. Dia aktif mencari peluang untuk bekerjasama dengan berbagai macam individu, departemen dan golongan tertentu.
Continuous Learning. Pemimpin visioner harus mampu dengan teratur mengambil bagian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembanganlainnya, baik di dalam maupun di luar organisasi. Pemimpin visioner mampu menguji setiap interaksi, negatif atau positif, sehingga mampu mempelajari situasi. Pemimpin visioner mampu mengejar peluang untuk bekerjasama dan mengambil bagian dalam proyek yang dapat memperluas pengetahuan, memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi.
Embracing Change. Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu bagian yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan perubahan yang tidak diinginkan atau tidak diantisipasi, pemimpin visioner dengan aktif menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat pada perubahan tersebut.
Burt Nanus (1992), mengungkapkan ada empat peran yang harus dimainkan oleh pemimpin visioner dalam melaksanakan kepemimpinannya, yaitu:
Peran penentu arah (direction setter). Peran ini merupakan peran di mana seorang pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan, dan melibatkan orang-orang dari "get-go." Hal ini bagi para ahli dalam studi dan praktek kepemimpinan merupakan esensi dari kepemimpinan. Sebagai penentu arah, seorang pemimpin menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan, serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha menuju masa depan.
Agen perubahan (agent of change). Agen perubahan merupakan peran penting kedua dari seorang pemimpin visioner. Dalam konteks perubahan, lingkungan eksternal adalah pusat. Ekonomi, sosial, teknologi, dan perubahan politis terjadi secara terus-menerus, beberapa berlangsung secara dramatis dan yang lainnya berlangsung dengan perlahan. Tentu saja, kebutuhan pelanggan dan pilihan berubah sebagaimana halnya perubahan keinginan para stakeholders. Para pemimpin yang efektif harus secara konstan menyesuaikan terhadap perubahan ini dan berpikir ke depan tentang perubahan potensial dan yang dapat dirubah. Hal ini menjamin bahwa pemimpin disediakan untuk seluruh situasi atau peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat ini, dan yang paling penting masa depan. Akhirnya, fleksibilitas dan resiko yang dihitung pengambilan adalah juga penting lingkungan yang berubah.
Juru bicara (spokesperson). Memperoleh "pesan" ke luar, dan juga berbicara, boleh dikatakan merupakan suatu bagian penting dari memimpikan masa depan suatu organisasi. Seorang pemimpin efektif adalah juga seseorang yang mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi-secara internal dan secara eksternal. Visi yang disampaikan harus "bermanfaat, menarik, dan menumbulkan kegairahan tentang masa depan organisasi."
Pelatih (coach). Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang baik. Dengan ini berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk mencapai visi yang dinyatakan. Seorang pemimpin mengoptimalkan kemampuan seluruh "pemain" untuk bekerja sama, mengkoordinir aktivitas atau usaha mereka, ke arah "pencapaian kemenangan," atau menuju pencapaian suatu visi organisasi. Pemimpin, sebagai pelatih, menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi dengan pengarahan, memberi harapan, dan membangun kepercayaan di antara pemain yang penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan. Dalam beberapa kasus, hal tersebut dapat dibantah bahwa pemimpin sebagai pelatih, lebih tepat untuk ditunjuk sebagai "player-coach."
Banyak orang bisa menjadi pemimpin. Namun, berapa banyak yang bisa memimpin dengan sukses sekaligus menjadi inspirasi bagi orang banyak? Perubahan ekonomi, termasuk krisis global, mau tak mau banyak memberi perubahan bagi perusahaan.
Banyak perusahaan yang memilih untuk mencari karyawankaryawan dengan keterampilan tinggi dan ide-ide segar agar perusahaan bisa bersaing di dunia industri. Kondisi ini tidak hanya terjadi di perusahaan-perusahaan besar atau multinasional.
Bahkan perusahaan yang lingkupnya lokal pun, lebih senang memilih karyawan yang punya keterampilan tinggi. Maka siapa pun karyawan yang hanya memiliki keahlian pas-pasan, sudah pasti tidak akan mampu bersaing.
Tentu saja banyak orang yang merasa tidak nyaman dengan hal ini. Meski begitu, tak ada pilihan lain selain mengikuti arus yang berlaku. Martha C Wilson, pendiri dan CEO Transformation Systems, perusahaan yang fokus pada strategi eksekutif dan organisasi, menyatakan bahwa setiap orang sebenarnya memerlukan perubahan dalam hidupnya.
Dalam pekerjaannya, dia pun mengaku banyak membantu para karyawan dan para pemimpin untuk melakukan perubahan yang radikal dalam perusahaannya. "Tak peduli bidang pekerjaan Anda, tujuan perubahan tersebut jelas, yaitu memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan sesuatu semaksimal mungkin dengan risiko seminimal mungkin. Jika ini bisa dilakukan, bahkan mereka yang tidak menyukai perubahan akan mau melakukannya," ujar Wilson, seperti dikutip dari womensmedia.com.

Menerima perubahan yang berkelanjutan
Perubahan yang menguntungkan hanya akan terjadi jika perubahan tersebut berjalan terusmenerus atau berkelanjutan. Namun, perubahan yang terlalu cepat justru akan memakan ?ongkos? yang mahal dan membuat perubahan terbaik tidak akan mudah dicapai. "Cara terbaik ialah dengan melakukan perubahan kecil tiap hari. Ciptakan dalam diri Anda atau dalam budaya perusahaan, yang menekankan perubahan yang kecil, tapi terus-menerus dan berhubungan satu dengan yang lain," tegas Wilson.
Tentu saja hal ini tidak mudah untuk dilakukan. Pilihannya hanya ada dua, sukses atau gagal. Nah, agar perubahan yang dijalankan bisa berjalan sukses, yang terlebih dahulu harus diubah ialah gaya kepemimpinannya. Dengan kata lain, sang pemimpinnya lah yang harus terlebih dahulu mengubah dirinya.
Pemimpin di sini bisa berarti segala hal. Bahkan Anda pun bisa disebut pemimpin bagi diri Anda sendiri. Lagi pula, menurut Wilson, jika dalam satu kelompok ada orang yang memiliki keahlian lebih dibanding yang lain, maka dia bisa menjadi pemimpin. Jika hal ini terjadi pada Anda, maka gunakan kesempatan ini untuk memimpin.

Memimpin dengan memberi contoh
Kepemimpinan yang baik ialah kepemimpinan yang dekat dengan mereka yang dipimpinnya. Jika Anda adalah seorang pemimpin dan menginginkan tim yang solid, penuh talenta dan ide-ide segar, maka sebelumnya Anda harus menunjukkan bahwa Anda memiliki ide-ide yang segar.
Intinya, sebelum Anda menuntut bawahan Anda, tuntutlah diri sendiri untuk melakukan hal tersebut dan tunjukkan bahwa Anda berhasil melakukannya. Dengan begitu, bawahan Anda akan menghargai dan menaruh kepercayaan kepada Anda. Hal ini juga untuk memberikan semangat bekerja dan berusaha kepada mereka.

Evaluasi diri
Agar Anda mampu memberi contoh, lakukan evaluasi diri terlebih dahulu. Coba teliti diri Anda, apakah tujuan kerja Anda sudah jelas dan fokus? Seberapa besar komitmen Anda terhadap rencana yang sudah ditetapkan? Apakah Anda punya semangat yang tinggi untuk melakukannya? "Jika Anda sudah mampu menjawab dengan jujur pertanyaanpertanyaan tersebut sekaligus mengakui kelemahan dan kelebihan Anda, maka Anda baru akan mampu membuat perubahan dalam hidup dan perusahaan Anda," tandas Wilson.
Semakin Anda memahami diri sendiri, maka Anda semakin mampu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Selain itu, Anda pun akan lebih siap menghadapi rintangan saat melakukan perubahan tersebut.

Belajar dari kesalahan
Tentu saja perubahan yang terus-menerus akan membuat Anda terus-menerus belajar. Belajar berarti Anda harus siap menerima kenyataan bahwa Anda bisa saja melakukan kesalahan. Kesalahan tersebut harus melahirkan sebuah pelajaran baru bagi Anda.
Selanjutnya, hikmah dari kesalahan tersebut harus bisa membuat Anda menjadi setingkat lebih baik. Yang harus diperhatikan, jika Anda gagal, maka hal ini akan berpengaruh kepada bawahan Anda. Karena itulah, Anda juga harus menanamkan pola pikir belajar terus-menerus dan tidak takut menghadapi kesalahan sebagai bagian dari jalan menuju sukses.
Anda harus belajar melihat sisi lain dari kegagalan, kesalahan, ketakutan, dan kekhawatiran. Pembelajaran ini akan menuntun Anda pada kesadaran, kepedulian, dan kesabaran. "Jika hal ini sudah Anda dapatkan, maka Anda akan menginspirasi orang-orang di sekeliling Anda. Stres bisa jadi malah akan meningkatkan energi dan semangat, kesalahan bisa menjadi pelajaran, dan Anda bisa mengartikan sebuah ketakutan menjadi suatu hal yang positif," tegas Wilson.
Anda bisa menularkan sikap positif ini ke banyak orang, maka Anda akan dianggap sebagai orang yang inspiratif. Sekali lagi, intinya ialah Anda harus melihat diri Anda dulu, memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu, sebelum memperbaiki dan menginspirasi orang lain. "Ingatlah, satu-satunya cara untuk menjadi pemimpin bagi orang lain, itu artinya Anda harus bisa menjadi pemimpin untuk diri sendiri dulu," tutup Wilson.(Koran SI/Koran SI/nsa)

Tipe-tipe  kepemimpinan
Tipe-tipe  kepemimpinan yang ada saat ini, yaitu:

A. Tipe instruktif,
Tipe ini ditandai dengan adanya komunikasi satu arah. Pemimpin membatasi peran bawahan dan menunjukkan kepada bawahan apa, kapan, di mana, bagaimana sesuatu tugas harus dilaksanakan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata menjadi wewenang pemimpin, yang kemudian diumumkan kepada para bawahan. Pelaksanaan pekerjaan diawasi secara ketat oleh pemimpin.
Ciri-cirinya ;
Pemimpin memberikan pengarahan tinggi dan rendah dukungan.
Pemimpin memberikan batasan peranan bawahan.
Pemimpin memberitahukan bawahan tentang apa, bilamana, dimana, dan bagaimana bawahan melaksanakan tugasnya.
Inisiatif pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata dilakuakn oleh pemimpin.
Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diumumkan oleh pemimpin, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin.

B. Tipe konsultatif,
Kepemimpinan tipe ini masih memberikan instruksi yang cukup besar serta penetapan keputusan-keputusan dilakukan oleh pemimpin. Bedanya adalah bahwa tipe konsultatif ini menggunakan komunikasi dua arah dan memberikan suportif terhadap bawahan mendengar keluhan dan perasaan bawahan tentang keputusan yang diambil. Sementara bantuan ditingkatkan, pengawasan atas pelaksanaan keputusan tetap pada pemimpin.
Ciri-cirinya :
 Pemimpin memberikan baik pengarahan maupun dukungan tinggi.
 Pemimpin mengadakan komunikasi dua arah dan berusaha mendengarkan perasaan, gagasan, dan saran bawahan.
 Pengawasan dan pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.
C.Tipe partisipatif,
Sebab kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seimbang antara pemimpin dan bawahan, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Komunikasi dua arah makin bertambah frekuensinya, pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya. Keikutsertaan bawahan untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan makin banyak, sebab pemimpin berpendapat bahwa bawahan telah memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup luas untuk menyelesaikan tugas
Dari penelitian yang dilakukan Fiedler yang dikutip oleh Prasetyo (2006)ditemukan bahwa kinerja kepemimpinan sangat tergantung pada organisasi maupun gaya kepemimpinan (p. 27). Apa yang bisa dikatakan adalah bahwa pemimpin bisa efektif ke dalam situasi tertentu dan tidak efektif pada situasi yang lain. Usaha untuk meningkatkan efektifitas organisasi atau kelompok harus dimulai dari belajar, tidak hanya bagaimana melatih pemimpin secara efektif, tetapi juga membangun lingkungan organisasi dimana seorang pemimpin bisa bekerja dengan baik.
Lebih lanjut menurut Prasetyo (p.28), gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan dalam proses kepemimpinan yang diimplementasikan dalam perilaku kepemimpinan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Selain itu menurut Flippo (1987), gaya kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu (p. 394).
Menurut University of Iowa Studies yang dikutip Robbins dan Coulter (2002), Lewin menyimpulkan ada tiga gaya kepemimpinan; gaya kepemimpinan autokratis, gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas) (p. 406)

Gaya Kepemimpinan Autokratis
Menurut Rivai (2003), kepemimpinan autokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi (p. 61).
Robbins dan Coulter (2002) menyatakan gaya kepemimpinan autokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan meminimalisasi partisipasi karyawan (p. 460).
Lebih lanjut Sukanto (1987) menyebutkan ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis (pp. 196-198):
1. Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin.
2. Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas.
3. Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota.
Sedangkan menurut Handoko dan Reksohadiprodjo (1997), ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis (p. 304):
1. Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan.
2. Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja.
3. Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota.
4. Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahliannya





Gaya kepemimpinan Demokratis / Partisipatif
Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri (Rivai, 2006, p. 61).
Menurut Robbins dan Coulter (2002), gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan(p. 460). Jerris (1999) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang menghargai kemampuan karyawan untuk mendistribusikan knowledge dankreativitas untuk meningkatkan servis, mengembangkan usaha, dan menghasilkan banyak keuntungan dapat menjadi motivator bagi karyawan dalam bekerja (p.203).
Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Sukanto, 1987, pp. 196-198):
1. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.
2. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
3. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
Lebih lanjut ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997, p. 304):
1. Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas.
3. Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.

Gaya Kepemimpinan Laissez-faire (Kendali Bebas)
Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002, p. 460).
Menurut Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (pp.196-198) :
1. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari pemimpin.
2. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat ditanya.
3. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
4. Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997, p. 304):
1. Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
2. Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
3. Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok.

Malang, 03 Maret 2010
By: Moh. Zainul Amin
---(GAT-COM)---